Selasa, 28 Mei 2013

makalah tasawuf



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sesungguhnya hati yang keras merupkan masalah yang akan membawa akibat sangat berbahaya, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Sungguh, selama ini kita telah meninggalkan jalan (manhaj) Alllah SWT dalam hidup ini bahkan kita malah mengikuti jalan setan, setan setan itu kemudian menghiasi pandangan kita akan keindahan dunia. Akibatnya , kita lalu melakukan beragam kemaksiatan tanpa peduli, sehingga kehidupan kita menjadi seperti jahiliah atau hampir jahiliah.

Perbuatan tersebut terjadi karena kegagalan dalam mengelola qolbu sebagai landasan dalam kehidupan. Imam al ghazali pernah menyatakan bahwa hati (qollbu) itu seperti cermin. Jika seseorang hatinya bersih atau sehat dari kemaksiatan maka hampir bias dipastikan bahwa perbuatannya yang muncul juga akan baik. Jadi titik sentral perbuatan manusia sesungguhnya terletak pada hati.
Di dalam ungkapan tersebut terdapat nasehat yang dapat menjadi obat penawar bagi yang sakit, menghapus dahaga, menghancurkan kepalsuan, menghilangkan syubhat, menyelamatkan orang yang tenggelam, menyinari jalan, dan membuat hati menjadi nyaman. Orang yang beruntung adalah yang mampu mengambil nasihat dari orang lain, sedangkan orang yang celaka adalah yang dirinya menjadi nasihat bagi orang lain.
Kami memohon kepada Allah agar terjaga dari perbuatan maksiat dan dosa, dan semoga kita diberikan taubat dan ampuna, jika kita terlanjur berbuat dosa. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan doa hamba hambanya.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Manajemen Kalbu?
2.      Apa tujuan manajemen kalbu?
3.      Ada berapa golongan hati manusia?
4.      Bagaimana Bahaya Hati yang Keras?
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Manajemen Kalbu
Kalbu, yang sebenarnya bermakna jantung (Inggris: heart), adalah motor dari gerak langkah anggota badan. Ada yang mengatakan bahwa kalbu adalah raja bagi anggota badan. Anggota badan adalah tentaranya yang senantiasa patuh kepadanya, langsung bergerak karena taat kepadanya dalam rangka menjalankan perintahnya, tidak pernah durhaka atas perintahnya sedikit pun. Dengan demikian, apabila sang raja baik, tentaranya akan baik. Sebaliknya, apabila sang raja rusak, tentaranya juga akan rusak. (Jami’ul Ulum wal Hikam)
Permisalan itu adalah kandungan hadits Nabi,
الْقَلْبُ وَهِيَ أَلَا كُلُّهُ، الْجَسَدُ فَسَدَ فَسَدَتْ وَإِذَا كُلُّهُ، الْجَسَدُ صَلَحَ صَلَحَتْ إِذَا مُضْغَةً، الْجَسَدِ فِي وَإِنَّ أَلاَ
Ketahuilah, dalam jasad ada segumpal daging. Apabila ia baik, akan menjadi baik pula seluruh jasadnya. Apabila daging itu rusak, akan menjadi rusak juga seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa daging itu adalah kalbu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).[1]
Manajemen kalbu dengan metode dakwah islam lainnya Sebenarnya tidak ada perbedaan antara, di dalamnya pun tidak ada yang baru, semua merupakan penjabaran ajaran islam. Hanya pembahasannya lebih diperdalam, dibeberkan dengan cara yang actual dengan inovasi dan kreativitas dakwah yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Inti pembelajaranya sendiri ada pada qolbu.

B.       Tujuan Manajemen Kalbu
Dalam diri manusia yang terpenting ternyata bukan kecerdasannya saja, tapi yang membimbing cerdasnya otak menjadi benar, yang membimbing kuatnya fisik menjadi benar, disitulah fungsi qolbu. Oleh karenanya menjadi cerdas belum tentu mulia, kecuali kecerdasannya dipakai untuk berbuat kebenaran. Menjadi kuat belum tentu mulia, kecuali kekuatannya dijalan yang benar.
Qolbu mempunyai potensi yang negatif dan potensi yang positif. Allah telah menyiapkan keduanya dengan adil. Dan disinilah pentingnya fungsi manajemen. Manajemen secara sederhana berarti pengelolaan. Sebuah sistem dengan manajemen yang baik, dengan pengelolaan yag baik, sekecil apapun potensi yang dimiliki, Insya Allah akan membuahkan hasil yang optimal.
Dapat dipahami pula bahwa kita tidak berakhlak mulia bukan karena tidak berpotensi, tapi karena manajemen diri kita yang masih buruk. Kita mampu mengelola otak kita menjadi cerdas, memiliki daya ingat yang kuat, yakinlah itu bias dilakukan. Kita bias kelola fisik sehingga mampu melakukan sebuah gerakan bela diri dengan sempurna, pukulannya semakin akurat, tapi itu tidak cukup kalau hatinya tidak dikelola denga baik. Karena semua itu tidak akan memiliki nilai positif jika hatinya tidak dikelola dengan baik. Begitulah, hati menentukan nilai: mulia atau hina. Jangan aneh jika ada orang cerdas, tapi tidak mulia hidupnya, bukan karena kurang cerdas, tapi kecerdasannya tidak dibimbing oleh hatinya.
Orang yang hatinya tertata dengan baik, wajahnya akan jauh lebih jernih, kesehatan tubuh pun terpancari pula oleh kebeningan hati, buah dari kemampuaannya menata qolbu. Detak jantung menjadi terpelihara, tekanan darah terjaga, keteganga berkurang, dan kondisi diri yang senantiasa diliputi kedamaian. Intinya hidup ini tergantung pada suasana hati, barang siapa yang bias memanage (mengelola) hati, niscaya hidup akan luar biasa nikmatnya, luar biasa bahagianya, dan luar biasa mulianya. Tidak hanya di dunia ini, tetapi juga di akhirat kelak.[2]


C.      Penggolongan Hati Manusia[3]
1.         Hati yang sakit (Qolbun Maridh)
Orang yang menderita Qolbun Maridh aka sulit menilai secara jujur apa pun yang nampak di depannya. Melihat orang yang sukses timbul iri dengki; mendapati kawan memperoleh karunia rezeki, timbul resah dan benci. Bila sudah di temukan, ia akan merasa puas dan gembira. Ibarat menemukan barang berharga, ia kemudian menyebarkan aib dan kekurangan itu kepada siapa saja. Ini semua dilakukan agar kelebihan yang ia temukan pada orang tersebut akan tenggelam. Na’udzubillah.
Adapun ciri lainnya dari hati yang sakit adalah, cenderung menyukai makanan rohani yang akan memberinya madharat. Sebaliknya, ia enggan mendengar dan menerima santapan rohani yang bermanfaat. Walhasil, hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit.

2.         Hati yang mati (Qolbun Mayyit)
Hati yang mati tak ubahnya seperti jasad yang tidak bernyawa. Kendati dicubit, dipuku bahkan diiris sekalipun, ia tidak akan merasakan apa apa. Bagi orang yang hatinya sudah mati, saat melakukan perbuatan baik atau buruk, dirasakannya sebagai hal yang biasa biasa saja; tidak memiliki nilai sama sekali, kalaupun ia berbuat kebaikan sekecil apapun, itu hanya akan membangkitkan rasa bangga diri, rindu pujian serta penuh ujub dan takabur.
Dengan demikian, hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal Tuhannya. Hati yang seperti ini menurut Dr. Ahmad Faridh dalam bukunya Tazkiyat an Nufus, senantiasa berada dan berjalan bersama hawa nafsunya, walaupun itu dibenci dan dimurkai Allah Azza wa Jalla.



3.         Hati yang sehat (Qolbun Shahih)
Seseorang yang memiliki hati yang sehat, tak ubahnya dengan memiliki tubuh yang sehat, ia akan berfungsi optimal, ia akan mampu memilih dan memilah setiap rencana atas suatu tindakan, sehingga setiap yang akan diperbuatnya benar benar sudah melewati perhitungan yang jitu, berdasarka hati nurani yang bersih.
Diantara ciri orang yang hatinya sehat adalah hidupnya diselimuti mahabbah (kecintaan) dan tawakal kepada Allah. Tidak usah heran manakala mencintai sesuatu, maka cintanya semata mata karena Allah, dengan begitu ia tidak akan berlebihan mencintai makhluk.

D.      Bahaya Hati yang Keras
Jika hati itu telah menjadi keras, maka dunia akan menjadi paling banyak menyita perhatian baginya. Mungkin sebagian orang islam merasakan fenomena yang sangat membahayakan ini. Ia pun telah berusaha untuk mengobatinya dan kembali kepada suatu kehidupan yang islami. Akan tetepi, hal itu dirasakan sangat sulit baginya. Kalau pun bisa kembali kepada kehidupan islami, ia pun susah untuk dapat bersikap istiqamah (konsisten). Hal ini disebabkan karena hatinya telah menjadi keras (qaswah), hitam (aswad) dan lemah (dha’if). Inilah yang juga menjadi sebab mengapa seorang musim tidak tergugah hatinya ketika dibacakan ayat-ayat al-Qur’an atau Hadist Rasuluallah saw.[4]
1.         Sebab-sebab Hati Menjadi keras
a.    Melupakan kematian, sakaratul maut, alam kubur dan kerepotan didalamnya, siksa dan nikmat kubur. Padahal alam kubur adalah tempat akhirat yang pertama kali.
b.    Terlalu mencintai dunia dan tenggelam didalamnya serta menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya, sehingga dunia menjadi perhatian yang terbesar bagi hidupnya.
c.    Lupa dari dzikrullah (mengingat allah) dan lupa membaca kitab allah. Kalaupun membacanya, seolah-olah ia hanya membaca majalah, karna tidak pernah memikirkan dan merenungkan janji-janji, ancaman, berita-berita dan pelajaran yang ada didalamnya.
d.   Suka bergaul atau berduduk-duduk dengan orang-orang yang banyak bergurau dan tertawa. Suka bergaul dengan orang-orang yang lupa akan kematian, alam kubur dan hari kiamat. Padahal sebagian mereka kadang banyak berdusta dalam berbicara, hanya karena memancing tawa orang lain.
e.    Terlalu banyak dosa, sehingga kemaksiatan itu sudah menjadi terbiasa baginya.

2.         Ciri-ciri Hati yang Keras
Setiap penyakit tuntu ada cirri-cirinya. Ciri-ciri tersebut biasanya akan tanpak pada manusia, ketika penyakitnya sudah sangat parah. Demikian pula halnya hati yang keras (Qaswatu al-Qalb) ini. Seseorang yang hatinya keras mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:[5]
a.    Tidak terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitarnya, dseperti kematian, ayat-ayat kauniyah (fenomena alam), keajaiban-keajaiban yang terjadi didepan matanya pada setiap saat.
b.    Rasa cintanya terhadap kenikmatan dunia semakin bertambah. Kesuksesan duniawinya dianggap sebagai ukuran dalam hal dicintai atau dibenci oleh orang lain. Dan pada akhirnya ia terjebak pada sikap hasud, egoistik dan bakhil.
c.    Berlambat-lambat untuk melakuakan amal perbaikan, terutama dalam hal beribadah, bahkan mungkin ia bersikap semaunya sendiri dalm melaksanakan sebagian ibadahnya. Sholatnya, seolah hanya sekedar menggerakan tubuhnya, tanpa diiringi oleh sikap khusyu’. Bahkan dengan adanya beribadah sholat, ia merasa terganggu, seolah-olah dipenjara, sehingga ia melaksanakan sholat dengan tergesa-gesa, begitu pula dalam hal ibadah puasa dan lain sebagainya.
d.   Sesungguhnya kemaksiatan-kemaksiatan baginya akan menumbuhkan kemaksiatan yang semisal dengannya, dan melahirkan kemaksiatankemaksiatan yang lain, sehingga menjadi bercabang-bercabang, bahkan akhirnya kemaksiatan itu menjadi kebiasaan baginya.
e.    Lemahnya keinginan untuk melakukan amal sholeh, dan lemahnya keinginan atau niat bertaubat, hingga hal itu nyaris tidak ada di dalam dirinya.
f.     Lemahnya sikab pengagungan kepada Allah dan rasa takut kepada allah, serta tidak peduli terhadap kemaksiatan dan dosa-dosa yang telah ia lakukan.
g.    Kesediahan yang dialammi oleh orang yang hatinya keras, hampi-hampir tidak dapat menenangkan kehidupannya sehingga ia selalu merasa gundah gulana (susah) dalam setiap hal.
h.    Kewajiban dan kefardhuan yang ditetapkan oleh allah kepadanya terasa sangat berat di punggungnya, sehinggalidahnya seringkali, mengatakan, “saya ingin segera salesai dari tugas-tugas ini”.

3.         Cara Mengobati Hati Yang Keras
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa apabila kita berada dalam kondisi yang sakit, ini artinya kita sedang berada dalam keadaan bahaya, baik di dunia maupun akhirat. Oleh sebab itu kita perlu mengobati penyakit hati yang kronis ini, sehingga kita dapat kembali pada Islam dengan benar.
Berikut ini ada beberapa wasilah atau sarana untuk mengobati hati yang sakit sebagaimana yang telah dijelaskan oleh para ulama’ antara lain adalah:
1.        Mau mengambil pelajaran (i’tibar) dari peristiwa kematian dan hal hal yang menyusahkan ketika sudah mati. Dal hal ini Rasulullah pernah bersabda: “Perbanyaklah kalian mengingat mati (sesuatu yang dapat menghancurkan kenikmatan).” Oleh sebab itu, hendaknya kita semua sibuk untuk mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk menemuinya, sebab kematian itu adalah ahir dari tempat kehidupan dunia dan awal dari kehidupan ahirat.
2.        Menyaksikan orang sedang sakaratul maut. Sesungguhnya orang sakaratul maut itu kondisinya sangat kritis, sehingga para sahabat, tabi’in, waliyullah dan orang saleh pun merasa tersentak karena takut. Diriwayatkan dari sebagian ulama, bahwa ketika ia sedang sakaratul maut, dia di datangi oleh temen temennya, mereka melihat dirinya saat itu menangis. Maka temen temennya mengingatkan kebaikan kebaikan amaliahnya dan keagungan rahmat Allah. Dia lalu mengatakan: “Sesungguhnya saya menangis karena khawatir imanku akan hilang di saat sakaratul maut ini.”
3.        Ziarah kubur. Sesungguhnya ziarah kubur itu sangat penting bagi seorang muslim, terutama bagi orag yang hatinya keras, sebab ziarah kubur itu dapat mengingatkan kematian.
4.        Membayangkan terjadinya hari kiamat dan huru haranya. Jika ada seorang ingin kembali ke dunia dan ingin menghabiskan seluruh umurnya untuk ketaatan kepada Allah, maka katakanlah bahwa dulu ada salah seorang yang saleh, yang pernah menggali liang kubur di dekat rumahnya. Setiap kali hatinya merasa keras, maka orang tersebut masuk kedalam liang kubur tersebut, seraya membaca ayat, yang artinya: Dia berkata: “Ya Tuhan, kembalikanlah aku ke dunia, sehingga aku akan dapat berbuat baik, yang dulunya kami tinggalkan.” Hal itu sekali kali tidak ungkin. Sesungguhnya itu hanyalah perkataan yang di ucapkannya saja (omong kosong). Dan di hadapan mereka ada barzakh (dinding), sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al Mukminun: 99_100). Orang shaleh tadi lalu mengatakan dalam hatinya sendiri: Nah, ini kamu sekarang telah kembali ke dunia. Maka Perbanyaklah amal baik.
5.        Memikirkan bahwa dunia itu sekedar rumah singgah bagi orang asing dan orang yang sedang melakukan perjalanan, sedangka tempat tinggal yang hakiki adalah akhirat, surga atau di neraka.
6.        Selalu ingat Allah dengan lidah dan hatinya.
7.        Memperbanyak membaca al Qur’an.
8.        Selalu mengerjakan Shalat tepat pada waktunya.
9.        Menghadiri majlis para ulama dan pemberi nasehat.
10.    Berhati hati untuk tidak banyak bicara.
11.    Memperbanyak istighfar.
12.    Memperbanyak berdoa dan bertadharru’ (memohon sungguh sungguh dan merendahkan diri kepada Allah). Sebab doa merupakan penyambung kepada Allah.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kalbu, yang sebenarnya bermakna jantung (Inggris: heart), adalah motor dari gerak langkah anggota badan. Ada yang mengatakan bahwa kalbu adalah raja bagi anggota badan. Dalam diri manusia yang terpenting ternyata bukan kecerdasannya saja, tapi yang membimbing cerdasnya otak menjadi benar, yang membimbing kuatnya fisik menjadi benar, disitulah fungsi qolbu. Oleh karenanya menjadi cerdas belum tentu mulia, kecuali kecerdasannya dipakai untuk berbuat kebenaran. Menjadi kuat belum tentu mulia, kecuali kekuatannya dijalan yang benar. Penggolongan Hati yaitu Hati yang sakit (Qolbun Maridh), Hati yang mati (Qolbun Mayyit) dan Hati yang sehat (Qolbun Shahih).
Jika hati itu telah menjadi keras, maka dunia akan menjadi paling banyak menyita perhatian baginya. Sebab-sebab Hati Menjadi keras yaitu Melupakan kematian, Terlalu mencintai dunia, Lupa dari dzikrullah, Suka bergaul atau berduduk-duduk dengan orang-orang yang banyak bergurau dan tertawa dan Terlalu banyak dosa. Setiap penyakit tuntu ada cirri-cirinya. Ciri-ciri tersebut biasanya akan tanpak pada manusia, ketika penyakitnya sudah sangat parah. Demikian pula halnya hati yang keras (Qaswatu al-Qalb) ini. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa apabila kita berada dalam kondisi yang sakit, ini artinya kita sedang berada dalam keadaan bahaya, baik di dunia maupun akhirat. Oleh sebab itu kita perlu mengobati penyakit hati yang kronis ini, sehingga kita dapat kembali pada Islam dengan benar.


[1] http://asysyariah.com/hubungan-jiwa-dengan-kalbu.html
[2] http://arifpuetra.blogspot.com/2012/09/manajemen-qalbu.html
[3] http://arifpuetra.blogspot.com/2012/09/manajemen-qalbu.html
[4] Amir Said az-Zairi, Manajemen Kalbu, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2002, hlm 207
[5] Ibid, hlm 209

Tidak ada komentar:

Posting Komentar