BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya hati yang keras merupkan masalah yang
akan membawa akibat sangat berbahaya, baik dalam kehidupan dunia maupun
akhirat. Sungguh, selama ini kita telah meninggalkan jalan (manhaj) Alllah SWT
dalam hidup ini bahkan kita malah mengikuti jalan setan, setan setan itu
kemudian menghiasi pandangan kita akan keindahan dunia. Akibatnya , kita lalu
melakukan beragam kemaksiatan tanpa peduli, sehingga kehidupan kita menjadi
seperti jahiliah atau hampir jahiliah.
Perbuatan tersebut terjadi karena kegagalan dalam
mengelola qolbu sebagai landasan dalam kehidupan. Imam al ghazali pernah
menyatakan bahwa hati (qollbu) itu seperti cermin. Jika seseorang hatinya
bersih atau sehat dari kemaksiatan maka hampir bias dipastikan bahwa
perbuatannya yang muncul juga akan baik. Jadi titik sentral perbuatan manusia
sesungguhnya terletak pada hati.
Di dalam ungkapan tersebut terdapat nasehat yang
dapat menjadi obat penawar bagi yang sakit, menghapus dahaga, menghancurkan
kepalsuan, menghilangkan syubhat, menyelamatkan orang yang tenggelam, menyinari
jalan, dan membuat hati menjadi nyaman. Orang yang beruntung adalah yang mampu
mengambil nasihat dari orang lain, sedangkan orang yang celaka adalah yang
dirinya menjadi nasihat bagi orang lain.
Kami memohon kepada Allah agar terjaga dari
perbuatan maksiat dan dosa, dan semoga kita diberikan taubat dan ampuna, jika
kita terlanjur berbuat dosa. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha
Mengabulkan doa hamba hambanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian Manajemen Kalbu?
2. Apa
tujuan manajemen kalbu?
3. Ada
berapa golongan hati manusia?
4. Bagaimana
Bahaya Hati yang Keras?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Kalbu
Kalbu,
yang sebenarnya bermakna jantung (Inggris: heart), adalah motor dari gerak
langkah anggota badan. Ada yang mengatakan bahwa kalbu adalah raja bagi anggota
badan. Anggota badan adalah tentaranya yang senantiasa patuh kepadanya,
langsung bergerak karena taat kepadanya dalam rangka menjalankan perintahnya,
tidak pernah durhaka atas perintahnya sedikit pun. Dengan demikian, apabila
sang raja baik, tentaranya akan baik. Sebaliknya, apabila sang raja rusak,
tentaranya juga akan rusak. (Jami’ul Ulum wal Hikam)
Permisalan itu adalah
kandungan hadits Nabi,
الْقَلْبُ وَهِيَ أَلَا كُلُّهُ، الْجَسَدُ فَسَدَ فَسَدَتْ وَإِذَا كُلُّهُ، الْجَسَدُ صَلَحَ صَلَحَتْ إِذَا مُضْغَةً، الْجَسَدِ فِي
وَإِنَّ أَلاَ
“Ketahuilah, dalam
jasad ada segumpal daging. Apabila ia baik, akan menjadi baik pula seluruh
jasadnya. Apabila daging itu rusak, akan menjadi rusak juga seluruh jasadnya.
Ketahuilah bahwa daging itu adalah kalbu.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).[1]
Manajemen
kalbu dengan metode dakwah islam lainnya Sebenarnya tidak ada perbedaan antara,
di dalamnya pun tidak ada yang baru, semua merupakan penjabaran ajaran islam.
Hanya pembahasannya lebih diperdalam, dibeberkan dengan cara yang actual dengan
inovasi dan kreativitas dakwah yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Inti
pembelajaranya sendiri ada pada qolbu.
B. Tujuan Manajemen Kalbu
Dalam
diri manusia yang terpenting ternyata bukan kecerdasannya saja, tapi yang
membimbing cerdasnya otak menjadi benar, yang membimbing kuatnya fisik menjadi
benar, disitulah fungsi qolbu. Oleh karenanya menjadi cerdas belum tentu mulia,
kecuali kecerdasannya dipakai untuk berbuat kebenaran. Menjadi kuat belum tentu
mulia, kecuali kekuatannya dijalan yang
benar.
Qolbu
mempunyai potensi yang negatif dan potensi yang positif. Allah telah menyiapkan
keduanya dengan adil. Dan disinilah pentingnya fungsi manajemen. Manajemen
secara sederhana berarti pengelolaan. Sebuah sistem dengan manajemen yang baik,
dengan pengelolaan yag baik, sekecil apapun potensi yang dimiliki, Insya Allah
akan membuahkan hasil yang optimal.
Dapat
dipahami pula bahwa kita tidak berakhlak mulia bukan karena tidak berpotensi,
tapi karena manajemen diri kita yang masih buruk. Kita mampu mengelola otak
kita menjadi cerdas, memiliki daya ingat yang kuat, yakinlah itu bias
dilakukan. Kita bias kelola fisik sehingga mampu melakukan sebuah gerakan bela
diri dengan sempurna, pukulannya semakin akurat, tapi itu tidak cukup kalau
hatinya tidak dikelola denga baik. Karena semua itu tidak akan memiliki nilai
positif jika hatinya tidak dikelola dengan baik. Begitulah, hati menentukan
nilai: mulia atau hina. Jangan aneh jika ada orang cerdas, tapi tidak mulia
hidupnya, bukan karena kurang cerdas, tapi kecerdasannya tidak dibimbing oleh
hatinya.
Orang
yang hatinya tertata dengan baik, wajahnya akan jauh lebih jernih, kesehatan
tubuh pun terpancari pula oleh kebeningan hati, buah dari kemampuaannya menata
qolbu. Detak jantung menjadi terpelihara, tekanan darah terjaga, keteganga
berkurang, dan kondisi diri yang senantiasa diliputi kedamaian. Intinya hidup
ini tergantung pada suasana hati, barang siapa yang bias memanage (mengelola)
hati, niscaya hidup akan luar biasa nikmatnya, luar biasa bahagianya, dan luar
biasa mulianya. Tidak hanya di dunia ini, tetapi juga di akhirat kelak.[2]
C. Penggolongan Hati Manusia[3]
1.
Hati yang sakit
(Qolbun Maridh)
Orang yang menderita
Qolbun Maridh aka sulit menilai secara jujur apa pun yang nampak di depannya.
Melihat orang yang sukses timbul iri dengki; mendapati kawan memperoleh karunia
rezeki, timbul resah dan benci. Bila sudah di temukan, ia akan merasa puas dan
gembira. Ibarat menemukan barang berharga, ia kemudian menyebarkan aib dan
kekurangan itu kepada siapa saja. Ini semua dilakukan agar kelebihan yang ia
temukan pada orang tersebut akan tenggelam. Na’udzubillah.
Adapun ciri
lainnya dari hati yang sakit adalah, cenderung menyukai makanan rohani yang
akan memberinya madharat. Sebaliknya, ia enggan mendengar dan menerima santapan
rohani yang bermanfaat. Walhasil, hati yang sakit adalah hati yang hidup namun
mengandung penyakit.
2.
Hati yang mati
(Qolbun Mayyit)
Hati yang mati
tak ubahnya seperti jasad yang tidak bernyawa. Kendati dicubit, dipuku bahkan
diiris sekalipun, ia tidak akan merasakan apa apa. Bagi orang yang hatinya
sudah mati, saat melakukan perbuatan baik atau buruk, dirasakannya sebagai hal
yang biasa biasa saja; tidak memiliki nilai sama sekali, kalaupun ia berbuat
kebaikan sekecil apapun, itu hanya akan membangkitkan rasa bangga diri, rindu
pujian serta penuh ujub dan takabur.
Dengan demikian,
hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal Tuhannya. Hati yang seperti ini
menurut Dr. Ahmad Faridh dalam bukunya Tazkiyat an Nufus, senantiasa berada dan
berjalan bersama hawa nafsunya, walaupun itu dibenci dan dimurkai Allah Azza wa
Jalla.
3.
Hati yang sehat
(Qolbun Shahih)
Seseorang yang
memiliki hati yang sehat, tak ubahnya dengan memiliki tubuh yang sehat, ia akan
berfungsi optimal, ia akan mampu memilih dan memilah setiap rencana atas suatu
tindakan, sehingga setiap yang akan diperbuatnya benar benar sudah melewati
perhitungan yang jitu, berdasarka hati nurani yang bersih.
Diantara ciri
orang yang hatinya sehat adalah hidupnya diselimuti mahabbah (kecintaan) dan
tawakal kepada Allah. Tidak usah heran manakala mencintai sesuatu, maka
cintanya semata mata karena Allah, dengan begitu ia tidak akan berlebihan
mencintai makhluk.
D. Bahaya Hati yang Keras
Jika hati itu telah menjadi keras, maka dunia akan
menjadi paling banyak menyita perhatian baginya. Mungkin sebagian orang islam
merasakan fenomena yang sangat membahayakan ini. Ia pun telah berusaha untuk
mengobatinya dan kembali kepada suatu kehidupan yang islami. Akan tetepi, hal
itu dirasakan sangat sulit baginya. Kalau pun bisa kembali kepada kehidupan
islami, ia pun susah untuk dapat bersikap istiqamah (konsisten). Hal ini
disebabkan karena hatinya telah menjadi keras (qaswah), hitam (aswad) dan lemah
(dha’if). Inilah yang juga menjadi sebab mengapa seorang musim tidak tergugah
hatinya ketika dibacakan ayat-ayat al-Qur’an atau Hadist Rasuluallah saw.[4]
1.
Sebab-sebab Hati Menjadi keras
a.
Melupakan kematian, sakaratul maut, alam kubur dan
kerepotan didalamnya, siksa dan nikmat kubur. Padahal alam kubur adalah tempat
akhirat yang pertama kali.
b.
Terlalu mencintai dunia dan tenggelam didalamnya serta
menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya, sehingga dunia menjadi perhatian yang
terbesar bagi hidupnya.
c.
Lupa dari dzikrullah (mengingat allah) dan lupa
membaca kitab allah. Kalaupun membacanya, seolah-olah ia hanya membaca majalah,
karna tidak pernah memikirkan dan merenungkan janji-janji, ancaman,
berita-berita dan pelajaran yang ada didalamnya.
d.
Suka bergaul atau berduduk-duduk dengan orang-orang
yang banyak bergurau dan tertawa. Suka bergaul dengan orang-orang yang lupa
akan kematian, alam kubur dan hari kiamat. Padahal sebagian mereka kadang
banyak berdusta dalam berbicara, hanya karena memancing tawa orang lain.
e.
Terlalu banyak dosa, sehingga kemaksiatan itu sudah
menjadi terbiasa baginya.
2.
Ciri-ciri Hati yang Keras
Setiap penyakit tuntu ada cirri-cirinya. Ciri-ciri
tersebut biasanya akan tanpak pada manusia, ketika penyakitnya sudah sangat
parah. Demikian pula halnya hati yang keras (Qaswatu al-Qalb) ini. Seseorang
yang hatinya keras mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:[5]
a.
Tidak terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa yang
terjadi disekitarnya, dseperti kematian, ayat-ayat kauniyah (fenomena alam),
keajaiban-keajaiban yang terjadi didepan matanya pada setiap saat.
b.
Rasa cintanya terhadap kenikmatan dunia semakin
bertambah. Kesuksesan duniawinya dianggap sebagai ukuran dalam hal dicintai
atau dibenci oleh orang lain. Dan pada akhirnya ia terjebak pada sikap hasud,
egoistik dan bakhil.
c.
Berlambat-lambat untuk melakuakan amal perbaikan,
terutama dalam hal beribadah, bahkan mungkin ia bersikap semaunya sendiri dalm
melaksanakan sebagian ibadahnya. Sholatnya, seolah hanya sekedar menggerakan
tubuhnya, tanpa diiringi oleh sikap khusyu’. Bahkan dengan adanya beribadah
sholat, ia merasa terganggu, seolah-olah dipenjara, sehingga ia melaksanakan
sholat dengan tergesa-gesa, begitu pula dalam hal ibadah puasa dan lain
sebagainya.
d.
Sesungguhnya kemaksiatan-kemaksiatan baginya akan
menumbuhkan kemaksiatan yang semisal dengannya, dan melahirkan
kemaksiatankemaksiatan yang lain, sehingga menjadi bercabang-bercabang, bahkan
akhirnya kemaksiatan itu menjadi kebiasaan baginya.
e.
Lemahnya keinginan untuk melakukan amal sholeh, dan
lemahnya keinginan atau niat bertaubat, hingga hal itu nyaris tidak ada di
dalam dirinya.
f.
Lemahnya sikab pengagungan kepada Allah dan rasa takut
kepada allah, serta tidak peduli terhadap kemaksiatan dan dosa-dosa yang telah
ia lakukan.
g.
Kesediahan yang dialammi oleh orang yang hatinya
keras, hampi-hampir tidak dapat menenangkan kehidupannya sehingga ia selalu
merasa gundah gulana (susah) dalam setiap hal.
h.
Kewajiban dan kefardhuan yang ditetapkan oleh allah
kepadanya terasa sangat berat di punggungnya, sehinggalidahnya seringkali,
mengatakan, “saya ingin segera salesai dari tugas-tugas ini”.
3.
Cara
Mengobati Hati Yang Keras
Sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa apabila kita berada dalam kondisi yang sakit, ini artinya kita
sedang berada dalam keadaan bahaya, baik di dunia maupun akhirat. Oleh sebab
itu kita perlu mengobati penyakit hati yang kronis ini, sehingga kita dapat kembali
pada Islam dengan benar.
Berikut ini ada beberapa wasilah
atau sarana untuk mengobati hati yang sakit sebagaimana yang telah dijelaskan
oleh para ulama’ antara lain adalah:
1.
Mau mengambil pelajaran (i’tibar) dari
peristiwa kematian dan hal hal yang menyusahkan ketika sudah mati. Dal hal ini
Rasulullah pernah bersabda: “Perbanyaklah kalian mengingat mati (sesuatu yang
dapat menghancurkan kenikmatan).” Oleh sebab itu, hendaknya kita semua sibuk
untuk mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk menemuinya, sebab
kematian itu adalah ahir dari tempat kehidupan dunia dan awal dari kehidupan
ahirat.
2.
Menyaksikan orang sedang sakaratul maut.
Sesungguhnya orang sakaratul maut itu kondisinya sangat kritis, sehingga para
sahabat, tabi’in, waliyullah dan orang saleh pun merasa tersentak karena takut.
Diriwayatkan dari sebagian ulama, bahwa ketika ia sedang sakaratul maut, dia di
datangi oleh temen temennya, mereka melihat dirinya saat itu menangis. Maka
temen temennya mengingatkan kebaikan kebaikan amaliahnya dan keagungan rahmat
Allah. Dia lalu mengatakan: “Sesungguhnya saya menangis karena khawatir imanku
akan hilang di saat sakaratul maut ini.”
3.
Ziarah kubur. Sesungguhnya ziarah kubur itu
sangat penting bagi seorang muslim, terutama bagi orag yang hatinya keras,
sebab ziarah kubur itu dapat mengingatkan kematian.
4.
Membayangkan
terjadinya hari kiamat dan huru haranya. Jika ada seorang ingin kembali ke
dunia dan ingin menghabiskan seluruh umurnya untuk ketaatan kepada Allah, maka
katakanlah bahwa dulu ada salah seorang yang saleh, yang pernah menggali liang
kubur di dekat rumahnya. Setiap kali hatinya merasa keras, maka orang tersebut
masuk kedalam liang kubur tersebut, seraya membaca ayat, yang artinya: Dia
berkata: “Ya Tuhan, kembalikanlah aku ke dunia, sehingga aku akan dapat berbuat
baik, yang dulunya kami tinggalkan.” Hal itu sekali kali tidak ungkin.
Sesungguhnya itu hanyalah perkataan yang di ucapkannya saja (omong kosong). Dan
di hadapan mereka ada barzakh (dinding), sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS.
Al Mukminun: 99_100). Orang shaleh tadi lalu mengatakan dalam hatinya sendiri:
Nah, ini kamu sekarang telah kembali ke dunia. Maka Perbanyaklah amal baik.
5.
Memikirkan
bahwa dunia itu sekedar rumah singgah bagi orang asing dan orang yang sedang
melakukan perjalanan, sedangka tempat tinggal yang hakiki adalah akhirat, surga
atau di neraka.
6.
Selalu ingat Allah dengan lidah dan
hatinya.
7.
Memperbanyak membaca al Qur’an.
8.
Selalu mengerjakan Shalat tepat pada
waktunya.
9.
Menghadiri majlis para ulama dan pemberi
nasehat.
10. Berhati hati untuk tidak banyak bicara.
11. Memperbanyak istighfar.
12. Memperbanyak berdoa dan bertadharru’ (memohon sungguh sungguh dan
merendahkan diri kepada Allah). Sebab doa merupakan penyambung kepada Allah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kalbu, yang sebenarnya
bermakna jantung (Inggris: heart), adalah motor dari gerak langkah anggota
badan. Ada yang mengatakan bahwa kalbu adalah raja bagi anggota badan. Dalam diri manusia yang
terpenting ternyata bukan kecerdasannya saja, tapi yang membimbing cerdasnya
otak menjadi benar, yang membimbing kuatnya fisik menjadi benar, disitulah
fungsi qolbu. Oleh karenanya menjadi cerdas belum tentu mulia, kecuali
kecerdasannya dipakai untuk berbuat kebenaran. Menjadi
kuat belum tentu mulia, kecuali kekuatannya dijalan yang benar. Penggolongan Hati yaitu Hati
yang sakit (Qolbun Maridh),
Hati
yang mati (Qolbun Mayyit)
dan Hati
yang sehat (Qolbun Shahih).
Jika hati itu telah menjadi keras, maka dunia akan menjadi paling banyak
menyita perhatian baginya. Sebab-sebab Hati Menjadi keras yaitu Melupakan
kematian,
Terlalu mencintai dunia,
Lupa dari dzikrullah,
Suka bergaul atau berduduk-duduk dengan orang-orang yang banyak bergurau dan
tertawa
dan Terlalu banyak
dosa. Setiap
penyakit tuntu ada cirri-cirinya. Ciri-ciri tersebut biasanya akan tanpak pada
manusia, ketika penyakitnya sudah sangat parah. Demikian pula halnya hati yang
keras (Qaswatu al-Qalb) ini. Sebagaimana
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa apabila kita berada dalam kondisi yang
sakit, ini artinya kita sedang berada dalam keadaan bahaya, baik di dunia
maupun akhirat. Oleh sebab itu kita perlu mengobati penyakit hati yang kronis
ini, sehingga kita dapat kembali pada Islam dengan benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar